Membangun Gedung Sekolah Tahan Gempa Dibalut dengan Lapisan Ferosemen



Bangunan sekolah satu dan / atau dua lantai di Indonesia dapat dianggap sebagai konstruksi nir-rekayasa, dan juga seperti konstruksi nir-rekayasa lainnya sering rusak dan roboh ketika digoncang gempa bumi. Bangunan sekolah lebih rentan karena jarak antar dinding dalam kedua arah lebih besar jika dibandingkan dengan bangunan tempat tinggal (rumah).

Kegagalan bangunan sekolah dapat menghilangkan kehidupan kaum intelektual masa depan di suatu negara dan menyebabkan kesedihan yang mendalam untuk orang tua dari anak-anak yang menjadi korban. Tak perlu diragukan bahwa rusaknya dan/atau robohnya bangunan sekolah akan mengganggu kegiatan pendidikan. Selain fungsi pendidikan, bangunan sekolah di pedesaan dan pinggiran kota di negara-negara sedang berkembang digunakan sebagai bangunan serba guna masyarakat, terutama untuk menyediakan tempat pemondokan sementara pada waktu terjadi suatu bencana. Hal ini terjadi karena bangunan sekolah mungkin merupakan satu-satunya bangunan umum di desa atau sekelompok desa. Hal ini mengharuskan konstruksi bangunan pendidikan lebih aman dan bersifat permanen. Oleh karena itu, sekolah pun harus dibangun tahan gempa.